Rabu, 10 Juni 2009
Alkisah.. Jakarta 'Kaya'
Dari mulai Kawasan Jakarta Kota, kawasan kota ini merupakan pintu gerbang utama masuk ke Jakarta, melalui pelabuhan Sunda Kelapa. Pada pertengahan abad ke-17, pasukan Belanda juga masuk Batavia melalui pelabuhan ini. Pada masa itu selanjutnya Jakarta Kota merupakan ibu kota Batavia dan merupakan pusat penting kegiatan ekonomi dan politik pemerintah Hindia Belanda.
Ada juga Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
Dan yang enggak ketinggalan ada juga Taman Menteng disebut juga sebagai oase ibukota. Dimana taman ini dibuat atas prakarsa Saudara Sutiyoso yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI, dan memunculkan pro - kontra karena menggusur lapangan bola tempat latihan rutin Persija. Konsep taman kota yang di gaung2 kan rupanya membawa 2 unit ruang eksebisi full kaca yang berdiri dengan congkak nya di taman ini. Desain nya mengingatkan kita pada bentuk gedung Le Louvres di kota Paris.
Masih banyak lagi tempat-tempat wisata lainnya yang menarik, bisa teman-teman liat di blog ini yang bisa di jadikan referensi untuk agenda jalan bareng dengan teman, saudara, keluarga atau tentunya pacar..
Silahkan menikmati..
Salam
Taman Impian Jaya Ancol
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieq-W4UDx8fUw-vXnLOgnwItwEWJSlfITZyYmYUwCSD0FvTlHDEKoNYdlqNYfgNxb1aQBUV0rTZm1I0clG7_I1ZdJ8c9bwSufhANu0GAKUgFuTmaCthI_e5mIudCWbFjxk090-9J8f3vsn/s200/ancol3.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6iSQs-FmYyyc9i-EkIl3-DA3_nrBbo9kBN99VHq43gUmYgDrn1Q9GiwKBJcu7qTbmx0K-PDc8KGPBlUOgnHFQFpq4t9iocDR4myMy_lGHe2fE7TwGDmpv5uIQf46F-RPZ5hbvPFX-9Y4d/s200/acnol2.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcOlB2-CrapNxUnLDj8EOEmn-6PjAZJ59_tasn25ZrrRJdSXZO5hSepcn1pr4ibCrnVUezBlu675Ke2VlKrCmMiuPs6uLfN-HX-mlVg4NXWS2W9tLA32jy72vNOqqmzMJzTDBXVmbW8lbX/s200/anco1.jpg)
Taman Impian Jaya Ancol merupakan sebuah objek wisata di Jakarta Utara. Pada 2006, Taman Impian Jaya Ancol berubah nama menjadi Ancol Jakarta Bay City.
Sejarah
Sebagai kawasan wisata, Taman Impian Jaya Ancol ternyata sudah berdiri sejak abad ke-17. Waktu itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Adriaan Valckenier, memiliki rumah peristirahatan sangat indah di tepi pantai. Seiring perjalanan waktu, kawasan itu kemudian berkembang menjadi tempat wisata.
Sayangnya, ketika Perang Dunia II meletus disusul perang kemerdekaan, Ancol terlupakan. Sungai Ciliwung secara leluasa menumpahkan air dan lumpurnya ke sana sehingga mengubah kawasan tersebut menjadi kotor, kumuh, dan berlumpur. Kawasan yang semula cantik, berubah menjadi menyeramkan bagaikan ‘tempat jin buang anak’.
Lalu, muncul usulan agar kawasan itu difungsikan menjadi daerah industri. Namun, usul itu ditolak mentah-mentah oleh Presiden Soekarno. Malah, Bung Karno ingin membangun kawasan itu sebagai daerah wisata. Lewat Keputusan Presiden pada akhir Desember 1965, Bung Karno memerintahkan kepada Gubernur DKI Jaya waktu itu, dr. Soemarno, sebagai pelaksana pembangunan proyek Taman Impian Jaya Ancol. Proyek pembangunan ini baru terlaksana di bawah pimpinan Ali Sadikin yang ketika itu menjadi Gubernur Jakarta. Pembangunan Ancol dilaksanakan oleh PD Pembangunan Jaya di bawah pimpinan Ir. Ciputra.
Objek Wisata di Taman Impian Jaya Ancol : Dunia Fantasi, Seaworld Indonesia, Pantai Karnawal dan Pasar Seni.Dan masih banyak lagi….
Let's Go To Ragunan
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0GDSJgYojH5_DqHGN4HNqDSeBLUBYJbNOxBihcttXRgY_l86vluH-MFEfdTamFJ-xVMcxwGw03SUuT-CqxtU84XJmix4Hr8ZBoGGKZ-7eoNuGcLPxzyoMDxH-TPrDRUNL7O5F7PfzCdG5/s200/ragunan2.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEir0OPDHfH7A6fZ9mao7PhP7N8-XO7tBdndVBJKGhhUFz7Yk32-T5N334SJa5dh7d2edkngT9fp_oxfydl6VJh1eyOEtBd_gc_Am0dSEgc6K4MORpjb4AhP0DdMkIUSMlwlbkw2qb92nk29/s200/ragunan1.jpg)
Kebun binatang Ragunan atau tepatnya mungkin disebut Taman margasatwa Ragunan adalah salah satu lokasi penangkaran satwa diwilayah Jakarta yang memiliki koleksi sebanyak 3122 ekor satwa dari 260 jenis-termasuk koleksi satwa langka dari Indonesia maupun dunia.
Awalnya Taman margasatwa ini dibangun di Cikini pada tahun 1864, namun dipindahkan di tahun 1966 ke wilayah Ragunan, Pasar Minggu-Jakarta Selatan.
Meski seperti pada umumnya lokasi wisata yang dikelola oleh pihak pemda diIndonesia yang terkesan tidak terawat dan banyak dipenuhi oleh pedagang souvenir, makanan, maupun tikar alas duduk yang tidak jelas, secara garis besar lokasi ini sangat menyenangkan untuk didatangi.
Harga tiket masuk relatif murah. Dengan membayar Rp.3.000,-( dewasa ) dan Rp.2.000,- ( anak-anak ) kita sudah dapat melihat koleksi hewan dari berbagai jenis-kecuali jika anda bermaksud untuk masuk ke Pusat Primata yang lokasinya terpisah, anda diharuskan untuk membayar tiket masuk lagi.
Saran saya, sekali-kali silahkan luangkan waktu bersama keluarga untuk berkunjung ke Taman margasatwa Ragunan. Akan banyak hal positif yang dapat diperoleh dari lokasi tersebut terutama bagi anak-anak.
Taman Suropati, Jakarta Pusat.
![](file:///C:/DOCUME%7E1/MIRAAN%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-1.jpg)
![](file:///C:/DOCUME%7E1/MIRAAN%7E1/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-2.jpg)
Lokasi : Jalan Diponegoro,
Jam buka : 24 jam
Taman Menteng, Oase Ibukota.
Jakarta kini punya satu spot lagi yang patut dibanggakan. Bukan, bukan mall, cafe atau butik mewah. Melainkan taman. Ya... Jakarta kini punya taman baru yang menyenangkan dan asri untuk sekadar berkumpul dengan keluarga maupun teman.
Tanggal 28 April 2007 lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meresmikan Taman Menteng. Selain untuk menambah ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta, pembangunan taman yang berlokasi di jalan raya HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat ini, juga ditujukan sebagai sarana publik yang mudah-mudahan bisa sedikit "menyegarkan" warga Jakarta.
Ranah Publik Jakarta
Setelah Taman Monas, Taman Suropati, dan masih banyak taman kota lainnya, kini hadir Taman Menteng yang akan semakin menghijaukan Kota Jakarta. Taman yang dibangun di atas lahan seluas 30 hektar ini memiliki konsep yang sedikit berbeda dengan taman-taman kota lainnya. Selain mewadahi lebih dari 30 spesies tanaman hias, Taman Menteng juga dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti arena bermain untuk anak, lapangan futsal dan lapangan basket. Selain itu, 44 buah sumur resapan pun dibangun di area taman sebagai serapan air hujan.Taman yang dibangun dengan biaya kurang lebih 30 milyar rupiah ini juga memiliki dua bangunan rumah kaca yang bisa digunakan sebagai ruang pameran atau berbagai event lainnya. Di sudut kanan area, terdapat bangunan gedung berlantai empat untuk area parkir bagi kendaraan yang sebelumnya selalu "nongkrong" di bahu jalan HOS Cokroaminoto. Memang, seiring dengan pembangunan Taman Menteng, Pemprov DKI Jakarta juga melakukan penertiban di sepanjang jalan HOS Cokroaminoto dengan melarang penggunaan bahu jalan sebagai lahan parkir dan meniadakan pedagang kaki lima yang dulu berderet di sepanjang jalan. Adapun kebijakan ini ditetapkan untuk mengurangi kemacetan yang sering terjadi di jalan utama tersebut.
Taman Bermanfaat
Sebuah kota yang sehat adalah kota yang memperhatikan keseimbangan antara aktivitas dan kelestarian lingkungannya. Aktivitas kota yang sibuk dan padat menuntut keberadaan sebuah ruang publik yang dapat digunakan warganya untuk kembali menyelaraskan diri dengan lingkungan maupun komunitasnya. Terlebih lagi tingginya tingkat polusi udara di perkotaan, membuat keberadaan sebuah ruang hijau semakin penting bagi warga maupun bagi lingkungan kota itu sendiri.Beberapa kota besar dunia, diketahui memiliki taman-taman kota yang bahkan dikenal secara internasional. Sebut saja New York dengan Central Park-nya yang sudah seringkali dijadikan lokasi pembuat film maupun serial televisi di Amerika Serikat. Taman kota dengan luas 3,41 kilometer persegi ini, tercatat sebagai taman yang paling banyak dikunjungi di Amerika Serikat. Namun tidak ada negara yang begitu kaya akan taman kota seperti halnya London. Ibukota Inggris ini bahkan mendapat julukan "The Green City". Mulai dari taman terbesar yaitu Hyde Park dan Kensington Gardens, hingga taman-taman kecil di pinggiran kota seperti Greenwich Park, Bushy Park dan Primrose Hill.
Menurut Asosiasi Rekreasi Nasional dan Taman yang berpusat di Amerika Utara, pembangunan taman memiliki berbagai manfaat, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun personal. Secara sosial, keberadaan taman kota sebagai tempat berkumpulnya masyarakat, akan mendorong warganya untuk saling terlibat satu sama lain. Dengan demikian akan tercipta sebuah lingkungan masyarakat yang harmonis. Dari sisi ekonomi, keberadaan taman akan meningkatkan nilai properti lingkungan sekitar, meningkatkan kesehatan tenaga kerja yang tinggal di sekitarnya, serta membuka berbagai peluang usaha.Bagi anggota masyarakat sendiri, sebagai penikmat taman kota, keberadaan taman akan mendukung terciptanya gaya hidup sehat. Berbagai aktivitas yang dapat dilakukan di lingkungan taman, ternyata bisa mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesehatan secara menyeluruh. Taman kota sebagi daerah resapan air tentunya juga memegang peranan penting dalam menjaga kualitas air dan udara sera melindungi kehidupan satwa.
Oleh karena itu, mudah-mudahan Taman Menteng dan taman kota lainnya, bisa memenuhi berbagai fungsi seperti tersebut di atas. Jakarta mungkin tidak memiliki taman sebesar Central Park atau sebanyak taman kota di Inggris. Namun, dengan dimulainya pembangunan situs-situs publik seperti Taman Menteng, mudah-mudahan bisa menjadi sebuah awal munculnya berbagai ruang publik serupa yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi lingkungan maupun masyarakat sekitarnya.
Taman Menteng vs Stadion Menteng
Sebelum Taman Menteng berdiri, lahan yang berada di pusat kota Jakarta ini adalah markas besar tim kesebelasan kebanggaan warga Jakarta, Persija. Stadion ini pertama kali didirikan tahun 1921 oleh dua orang arsitek asal Belanda, F.J. Kubatz dan P.A.J. Moojen. Dalam sejarah persepakbolaan Indonesia, stadion ini telah melahirkan sejumlah pemain legendaris, seperti Djamiat Kaldar, Abdul Kadir, Iswadi Idris, Anjas Asmara, dan Ronny Pattinasarani.Seiring berjalannya waktu, sangat disayangkan, Stadion Menteng mengalami pergeseran fungsi dari yang seharusnya. Perawatan yang sangat minim membuat stadion ini perlahan-lahan berubah menjadi area yang kumuh. Lebih dari itu, sejumlah oknum yang tidak bertanggungjawab pun mulai bermunculan menguasai lahan di sekitar stadion dan menjadikannya sebagai lahan usaha ilegal. Melihat hal ini Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Sutiyoso, mengambil inisiatif untuk mengubah lahan menjadi sebuah area publik dalam bentuk Taman Kota.
Namun, pengalihan fungsi ini tidak berarti menghapuskan kenangan akan Stadion Menteng. Untuk mengenang kejayaan stadion bersejarah ini, di salah satu sudut , taman dibangun sebuah bangunan artwork yang direncanakan akan mematri nama-nama para legends Persija yang berjasa mengharumkan nama bangsa.
Monas I'm in Love
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqGuOK3jL30AmSVQJ1JCst4UGcvXgsCPAGvEAkjdmzUTwMUdDrCHa9TAXWb1a04Ir5RP8p-Wiftn17sYH3Rrf_9Jp08eciTBDrzy6hhVj-iiFL4bFCCPi_hoGC3d3dogcErTCnIHzytix9/s200/web-monas2.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNUei5_eCfmR3yTbTcUaGvbk9A-ROMT0-aBCfcBfwVdrwVZmJCuD6W8CFvl9_p8dVwyB1WK0muMI6An6PpYNEKgwZyc4vUR7RghcnPJE5aYXB00QbrisXmT8bh8H6nCUjbKaqZlec3vznX/s200/monas.jpg)
Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
Sejarah
Monumen Nasional yang terletak di Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun pada dekade 1961an.Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan Ir. Rooseno, mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden RI Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
Pembagunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945, agar terbangkitnya inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan) yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Semua pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Alu dan lumbung merupakan alat rumah tangga yang terdapat hampir di setiap rumah penduduk pribumi Indonesia.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur.
Konstruksi dan Pameran
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 m.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.
Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas.
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu Kuning".
Landasan dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.
Pada keempat sisi ruangan terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 - 16.00 WIB.
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Sebuah batu obeliks yang terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan ini tingginya 132 m.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35kg. Lidah api atau obor ini sebagai simbol perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.
Pelataran puncak dengan luas 11x11 dapat menampung sebanyak 50 pengunjung. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Arah ke selatan berdiri dengan kokoh dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil berserakan. Bila menoleh ke Barat membentang Bandara Soekarno-Hatta yang setiap waktu terlihat pesawat lepas landas.
Dari pelataran puncak, 17 m lagi ke atas, terdapat lidah api, terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dan berdiameter 6 m, terdiri dari 77 bagian yang disatukan.
Pelataran puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang berarti melambangkan Bangsa Indonesia agar dalam berjuang tidak pernah surut sepanjang masa. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 m dan ruang museum sejarah 8 m. Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 m, merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton.
Patung itu dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang berpagar "Bambu Kuning".
Landasan dasar Monas setinggi 3 m, di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.
Pada keempat sisi ruangan terdapat 12 jendela peragaan yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan lantai berlapis marmer. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Di dalam bangunan Monumen Nasional ini juga terdapat museum dan aula untuk bermeditasi. Para pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan menggunakan elevator. Dari atau Monumen Nasional dapat dilihat kota Jakarta dari puncak monumen. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 - 16.00 WIB.
Bangunan Kuno Nan Bersejarah
Siapa bilang Jakarta tak memiliki tempat wisata menarik? Jakarta memang tak hanya dipadati dengan gedung-gedung tinggi, tapi juga masih menyimpan bangunan-bangunan kuno bersejarah. Kawasan Kawasan Jakarta Kota menjadi pusatnya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmbZ5uXHTPoB0Nxk6bdUpuIAk4BvByxsvKkLCo7Ewp6mLKMS3o3YzJxdEKvNH_XCltih0jM80Ad4iVbk_ehRYEr-IapFDCI8Tdc_Qw-hVTAGcNm4saRRYyh_mfDveYOFnijYSffilHlRRF/s320/Mesuem+Fatahilah+2.jpg)
Mencoba berjalan-jalan di kawasan Jakarta Kota dan berkeliling dengan menggunakan sepeda, yang bisa disewa dari para pengojek sepeda yang mangkal di depan Stasiun Jakarta Kota. Dari Stasiun Kota (Beos), kita menyusuri jalan Kali Besar dan menuju Museum Fatahilah.
Museum yang dibangun pada abad ke-enam belas ini masih berdiri dengan kokoh dan anggun. Konon, semasa VOC masih berkuasa, bangunan ini berfungsi sebagai balai kota. Pelengkapnya, di taman Fatahilah juga didirikan air mancur, yang dulunya berfungsi sebagai sumber mata air bagi warga setempat.
Sambil mengagumi keanggunan bangunan-bangunan kuno, kita dapat singgah di Toko Merah. Gedung bersejarah yang sudah ada sejak tahun 1730 ini, dulunya merupakan kantor Gubernur Jendral VOC, Baton van Imhoff.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Jembatan Kota Intan. Jembatan yang sudah lima kali berganti nama ini dibangun pada tahun 1628. Jembatan ini dilengkapi dengan pengungkit yang berfungsi untuk menaikkan sisi bawah jembatan.
Perjalanan akhiri di menara Syahbandar, yang menurut sejarah dibangun pada tahun 1839. Dulunya, bangunan ini merupakan kantor pabean dan berfungsi untuk mengintai kapal yang masuk melalui Pelabuhan Sunda Kelapa.